JAKARTA: Siapa sangka sebuah kekhawatiran COVID-19 menjadi pandemi global muncul dari benak anak muda di sebuah warteg. Saat makan siang sambil menonton berita tentang virus misterius yang merebak di Kota Wuhan, Cina, di sebuah warteg siang itu, Arya Ananda Indrajaya Lukmana, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), terus memikirkan potensi terjadinya pandemi di seluruh dunia.

Walaupun saat itu belum ada kejelasan tentang penyebabnya, tapi ia yakin kalau sampai COVID-19 masuk Indonesia dampaknya akan membahayakan masyarakat dan negeri ini.

Tak lama berselang, kekhawatiran Arya terbukti. Pandemi COVID-19 menjadi persoalan besar di seluruh dunia karena banyak negara terkena dampaknya.

Tak terus larut dengan kekhawatirannya, Arya yang berlatar pendidikan di bidang kedokteran dan memiliki ketertarikan pada teknologi digital terpanggil untuk membuat suatu inovasi yang dapat mencegah penyebaran COVID-19. Sadar akan pentingnya kolaborasi untuk mengatasi pandemi ini, ia lalu mengajak rekan sesama mahasiswa lintas jurusan untuk bekerja sama dan membuat sebuah aplikasi baru. Aplikasi itu kemudian diberi nama EndCorona yang hadir sebagai aplikasi edukasi pendeteksi dini kerentanan risiko terkena COVID-19.

Usaha Arya dan kawan-kawannya tak sia-sia. Ide aplikasi EndCorona ini direspons dan disambut dengan baik oleh dosen dan dekan FKUI. Berkat dukungan tersebut, aplikasi EndCorona akhirnya berhasil diluncurkan dan diakses oleh masyarakat pada awal April 2020.

“Kami berharap EndCorona dapat membantu masyarakat supaya selalu waspada, tidak panik, dan tetap mengikuti koridor protokol kesehatan yang berlaku melalui edukasi di berbagai platform EndCorona,” ujar Arya yang menerima apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2020 kategori khusus Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi, pada Oktober tahun lalu.

Dengan aplikasi EndCorona, masyarakat bisa mengetahui apakah mereka rentan terkena COVID-19 atau tidak dengan melakukan asesmen secara mandiri lewat aplikasi ini. Aplikasi ini memiliki beberapa kategori seperti “risiko rendah”, “hati-hati”, “rentan”, atau “sangat rentan”. Tidak perlu khawatir, salah satu keunggulan aplikasi EndCorona adalah algoritma yang digunakan pada fitur asesmen pendeteksi gejala dan risiko aplikasi ini telah melalui proses pengkajian oleh supervisor ahli berdasarkan jurnal Ilmu Kedokteran di Indonesia dan internasional.

Setelah mengisi beberapa pertanyaan selama kurang lebih tiga menit, pengguna akan langsung mendapatkan hasil dari kondisi mereka. Apabila hasil asesmen menunjukkan hasil risiko “rentan” atau “sangat rentan”, fitur WhatsApp helpline yang dihubungkan langsung dengan tim dokter FKUI Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo disediakan untuk berkonsultasi lebih lanjut.

Selain itu, aplikasi EndCorona memberikan kemudahan bagi masyarakat umum untuk mengakses informasi dan edukasi tentang COVID-19, mulai dari akses peta rumah sakit rujukan Indonesia, informasi statistik dari kasus COVID-19 terkini, hingga pembasmi hoaks seputar COVID-19 yang disusun berdasarkan jurnal.

 


Literatur & Referensi Kredibel

Semua tampilan dibuat sederhana disertai ilustrasi yang menarik agar penjelasan mudah dimengerti dan menarik perhatian pengguna. Aplikasi yang dibuat dan dikelola secara sukarela untuk pengabdian masyarakat ini juga telah mendapat peringkat 6 pada kategori aplikasi kesehatan di IOS App Store.

Sejak awal, EndCorona dibuat sebagai program pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk sosial tanpa mengejar keuntungan ekonomi. 

Arya dan tim sudah merasa bahagia dengan melihat karya mereka dapat digunakan dan bermanfaat dalam meminimalkan dampak penyebaran COVID-19 dan mendukung pemulihan Indonesia.

Ke depan, Arya ingin agar produk EndCorona dapat dimodifikasi berdasarkan kategori usia dan demografi agar informasi soal COVID-19 dapat disampaikan dengan lebih efektif ke lebih banyak orang di berbagai segmen.

Misalnya, untuk membidik segmen anak muda konten dibuat dalam format podcast agar lebih sesuai dengan media generasi muda zaman sekarang. Lebih jauh lagi, ia juga ingin agar kelak dapat membantu pemerintah dalam menangani pandemi COVID-19 ini.

“Rencana ke depan kami ingin membuat mapping lewat fitur data tracking untuk membantu pemerintah mengalokasikan sumber daya dengan lebih baik,” ujar mahasiswa asal Cilegon, Banten, ini.

Kampung Tangguh Produktif

Selain Arya, kekhawatiran akan bahaya penyebaran pandemi COVID-19 juga dirasakan oleh Prabudi Nawarindra yang akrab disapa Indra. Sebagai salah satu penggerak Kampung Berseri Astra (KBA) Pinang, Banten, ia merasa bertanggung jawab akan keselamatan warga yang berlokasi di perumahan Pinang Griya Permai, Kabupaten Tangerang, Banten.

Sejak akhir bulan Maret 2020, Indra bersama dengan warga KBA Pinang aktif menerapkan protokol kesehatan dengan menjalankan program Kampung Tangguh COVID-19 yang merupakan hasil kerja sama dengan pemerintah setempat.

Mereka secara rutin melakukan penyemprotan disinfektan, pemasangan tempat cuci tangan dan sabun di beberapa titik, pembatasan jalan masuk, serta penertiban pemakaian masker untuk siapapun yang hendak masuk ke perumahan.

Indra juga bercerita dua bulan sebelum terimbas dampak pandemi COVID-19 pada tahun 2020, KBA Pinang juga sempat terkena bencana banjir pada bulan Januari dan Februari akibat luapan Sungai Angke yang menenggelamkan banyak rumah warga dan merusak berbagai fasilitas di KBA Pinang. Namun, bukannya berdiam diri dan meratapi nasib kampungnya, Indra bersama warga justru memilih untuk bangkit bersama mengatasi bencana dengan tangguh secara mandiri.

“Setelah banjir kami mencoba bangkit untuk memperbaiki gerobak baca dan fasilitas PAUD Dahlia yang rusak. Kami juga melakukan penghijauan kembali dengan menyiapkan media tanam serta bibit sayuran dan tanaman obat. Terakhir, untuk mengumpulkan modal kami bangkitkan UMKM di KBA Pinang dengan mendirikan koperasi warga yang legalitasnya dibantu oleh Astra,” tutur Indra.

Koperasi yang kini sudah menjadi badan usaha berbadan hukum itu dinamakan Koperasi Pinang Griya Aku Bisa. Yang unik dari koperasi ini adalah seluruh laba dari sisa hasil usaha digunakan kembali untuk pemberdayaan masyarakat sekitar.

Sebagai contoh, sebagian hasil SHU digunakan untuk membeli bibit sayuran yang hasil panennya dibagikan kembali ke warga sekitar. Selain itu, hasil SHU juga menjadi modal untuk mengembangkan ternak lele dengan sistem bioflok (organik) dimana lele hasil panen langsung diolah, diberi bumbu, dibungkus, dan dibekukan dalam freezer. Produk unggulan frozen lele organik KBA Pinang yang diberi merek Clarias itu berhasil terpilih menjadi juara satu lomba inovasi sederhana KBA nasional.

Indra berharap semoga ke depan warga KBA Pinang dapat terus bergerak bersama mengatasi bencana dan berbagai tantangan dengan tangguh untuk mencapai cita-cita kemandirian warga. Selain tangguh, kampung ini juga terbukti sangat produktif hingga terpilih mewakili Kelurahan Pinang untuk mengikuti Lomba Ketahanan Pangan di Kota Tangerang.

Pengabdian Arya dan Indra sebagai generasi penggerak kemajuan bangsa, sejalan dengan cita-cita Astra untuk sejahtera bersama bangsa.(*/yogi)


OTOBanten

OTOBanten.id

OTOBanten.id merupakan Media Online Berita Otomotif Seputar Banten dan Nasional

Post A Comment: